IMPLIKASI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PADA PERKEMBANGAN SPASIAL DAERAH PINGGIRAN KOTA (Studi Kasus: Desa Batubulan, Gianyar)

  • A.A Ayu Diah Rupini Universitas Udayana
  • Ni Ketut Agusinta Dewi Universitas Udayana
  • Ngakan Putu Sueca Universitas Udayana
Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan, daerah pinggiran kota, lahan pertanian, Desa Batubulan

Abstrak

ABSTRAK Penggunaan lahan yang semakin meningkat untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat seperti tempat tinggal, tempat usaha dan fasilitas umum akan menyebabkan ketersediaan lahan semakin menyempit. Fenomena ini seing terjadi kawasan urban fringe seperti Desa Batubulan sebagai daerah pinggiran Kota Denpasar. Desa Batubulan memiliki posisi strategis karena secara geografis berada di jalur rute wisata antara Sanur-Sukawati-Celuk-Ubud serta ditunjang oleh keberadaan terminal antar kota yang dibangun sekitar tahun 1984. Hal ini semakin ditunjang dengan program pengembangan kawasan di Bali yang memfokuskan pada empat kota utama di Bali, yaitu Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) menjadi kota-kota yang merupakan wilayah prioritas Bali Tengah serta merupakan kawasan cepat berkembang. Desa Batubulan berada pada zona pengembangan kawasan Sarbagita dan dinyatakan sebagai kawasan counter magnet (kawasan penyangga) dari Kota Denpasar. Berdasarkan hasil analisis yang didapat, telah terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian yang signifikan, sehingga berdampak pada kondisi fisik, kependudukan dan sosial-ekonomi wilayah di Desa Batubulan. Terjadi perkembangan pola spasial desa ini dari masa ke masa sebagai implikasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian dan terjadinya aglomerasi ekonomi. Di masa depan, jika tidak ada pengendalian dan perencanaan yang terpadu perkembangan permukiman yang “mencaplok†wilayah pinggiran kota dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia dan keseimbangan ekosistem sekitar. Tulisan ini mengkaji bagaimana perkembangan pola spasial wilayah yang terjadi di Desa Batubulan sebagai Urban Fringe Area (daerah pinggiran kota) yang berawal dari beberapa titik momentum dari masa kerajaan hingga tahun 2016. Metode analisis yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang diperkuat dengan data-data kuantitatif dan teknik overlay mapping (pemetaan). Kata kunci:Alih Fungsi Lahan, daerah pinggiran kota, lahan pertanian, Desa Batubulan ABSTRACT The increase of land use as a settlements, bussiness facilities and public facilities will decrease agricultural area and transform into non agricultural functions. This phenomenon is usually often occurs in urban fringe areas such as Batubulan Village as a suburbs of Denpasar. Batubulan has a strategic position because it is geographically located in the intersection of the tourism attraction route Sanur-Sukawati-Celuk-Ubud, and also supported by the existence of inter-city terminals built around 1984. This is further supported by the program of development of the area in Bali which focuses on four main cities In Bali, namely Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) into cities that are priority areas of Central Bali as well as a fast growing area. Batubulan located in Sarbagita area development zone and declared as a magnet counter area (buffer zone) of Denpasar City. Based on the results of the analysis obtained, there has been a significant conversion of agricultural land to non-agricultural land that affect the physical condition, population and socio-economic areas in Batubulan. The development of spatial pattern from time to time as an implication of the land conversion and the occurrence of economic aglomeration. If there is no unified control and planning, the development of settlements that "feed" urban fringe areas may pose a threat to human survival and the balance of the surrounding ecosystem. This paper examined how the development of regional spatial patterns that occurred in the Batubulan as urban fringe area which originated from several points of momentum from the empire until 2016. The analysis method which used is descriptive qualitative analysis reinforced by quantitative data and overlay mapping techniques. Keywords:Land conversion, urban fringe area, agrarian land, Desa Batubulan

Referensi

DAFTAR PUSTAKA

Agusintadewi, N. K., 2014. Transforming Domestic Architecture: A Spatio-Temporal Analysis of Urban Dwellings in Bali. Newcastle University, UK: Unpublished Thesis.

Anitasari, 2008. Pelaksanaan Alih Fungsi Lahan Tanah Pertanian Untuk Pembangunan Perumahan di Kota Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang: Tesis.

Artana, 2001. Kajian Pergeseran Tata Guna Lahan di Daerah Pinggiran Kota Denpasar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Tesis.

Bourne, L. S., 1982. Internal Structure of The City, Readings on Urban Form, Growth and Policy. New York: Oxford University Press.

Branch, 1996. Perencanaan Kota Kompherensif: Pengantar & Penjelasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bryant, C. R., 1982. The City’s Countryside: Land and Its Management in The Rural-Urban Fringe. New York: Longman Inc.

Colby, 1959. Centrifugal and Centripetal Forces in Urban Geography. United States: Committee on Geographical Studies, University of Chicago.

Conzen, 2009. How Cities Internalize Their Former Urban Fringe a Cross-Cultural Comparison. United States: Committee on Geographical Studies, University of Chicago.

Daldjoeni, 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori & Praktek. Bandung: Alumni Bandung.

Dharmawan, 2015. Analisis Biaya Kualitas pada PT. Industri Sandang Nusantara Patal Tohpati. Universitas Pendidikan Ganesha, Bali : Tesis.

Giyarsih, 2001. Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) : Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Tesis.

Kustiwan, 1997. Konversi Lahan Pertanian di Pantai Utara Jawa. Majalah Prisma Volume 1 Tahun XXVI, Bandung.

Lee, L., 1979. Factors Affecting Land Use Change at The Urban-Rural Fringe, In Growth and Change. A Journal of Regional Development Volume X.

Mahira, E. D., 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Catuspatha di Pusat Kota Denpasar. Universitas Udayana, Bali : Usulan Penelitian.

Nugroho, D. P., 2014. Kajian Transformasi Spasial di Peri-Urban Koridor Kartasura-Boyolali. Universitas Sebelas Maret : Tesis.

Putra, I. G. M., 2005. Catuspatha Konsep, Transfomasi dan Perubahan. Jurnal Permukiman Natah, Denpasar.

Soussan, 1981. The Urban Fringe in The Third World. Leeds: School of Geography.

Yoelianto, 2005. Kajian Perkembangan Spasial Kota Purwodadi. Universitas Diponegoro, Semarang : Tesis.

Yunus, H. S., 1994. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Universitas Gadjah Mada.

Diterbitkan
2017-12-12
Bagian
Articles
Abstrak viewed = 2516 times
PDF downloaded = 2770 times