Fenomena Ruang Saling Berbagi Bale Banjar Titih Sebagai Model Ruang Bermukim Perkotaan di Denpasar

  • Made Suryanatha Prabawa Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
  • Ni Made Widya Pratiwi Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Abstract

Bale Banjar Titih is a Bale Banjar standing in the trade center of Denpasar that besides containing the traditional activities of Banjar itself, also contains a busy market activities. The research problems are to uncover the existence of cohabitation space of Bale Banjar Titih, a traditional space that mix with a busy commercial area in Denpasar. Research questions are to ask what kind of aspects that influence the space of Bale Banjar so that it can transform to be a multifunctional space (tradition and economy)? how Banjar that bears traditional norm could mix up with modern urban commercial activities?. To answer the questions, the method applies qualitative research. It seeks to uncover cohabitation space phenomenon of actors involved in Bale Banjar Titih. Findings have shown that spatial problems can be solved through Spatial solutions that can be achieved through establishment of relationships between Banjar residents with merchants by the implementation of Tri Hita Karana (collaborate to achieve harmonious life). Cohabitation space in Bale Banjar Titih can be achieved through profit aspects of cooperation, be it financially or in terms of employment opportunities offered. Tri Hita Karana as traditional norms of Balinese people-between the residents and outsiders of the merchants, play important roles towards consensus regarding the spatial issues where developing urban activities could prosper. Fokus riset arsitektural ini adalah munculnya ruang saling berbagi (co-habitation space) pada Bale Banjar Titih. Bale Banjar berbaur langsung dengan kehidupan urban Kota Denpasar, didominasi oleh kegiatan perdagangan yang berdiri di tengah pusat perdagangan Denpasar (Pasar Badung dan Pasar Kumbasari). Persoalan yang akan diteliti adalah bagaimana Bale Banjar Titih dapat memiliki ruang saling berbagi didalam ruang kehidupan sosial (adat istiadat) warga banjar yang dapat bersinergi dengan kehidupan perekonomian (pedagang). Riset arsitektural bertujuan mengungkap fenomena ruang saling berbagi Bale Banjar Titih tersebut baik secara fisik dan non-fisik ini melalui metoda penelitian kualitatif. Pendekatan Grounded Theory dipergunakan terutama untuk mengungkap lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memunculkan ruang saling berbagi pada setting lokasi Bale Banjar Titih. Fokus penelitian ada pada aspek metafisiknya (nilai-nilai interaksi ruang) dianalisa dengan teori tentang: keterikatan tempat; mata pencaharian; teritori spasial; hubungan antara teritori dan setting perkotaan; serta penelitian-penelitian terdahulu. Dari para aktor yang terlibat (sosio-kultural dan ekonomi urban). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Temuan penelitian ini adalah melalui Makna Bale Banjar, Keterikatan tempat, mata pencaharian, dan teritori, hubungan timbal balik keuntungan dan rasa toleransi dapat terwujud antar aktor ruang, hal ini menjadikan ruang saling berbagi dapat terselenggara dengan nyaman dan tertib pada Bale Banjar Titih.

References

Azahro, M. (2014). Kajian Keterikatan Tempat di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan Semarang). Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 10(4), 466-475. doi:http://dx.doi.org/10.14710/pwk.v10i4.8172

BAPPEDA dan Universitas Udayana. (2011). Sejarah Kota Denpasar: Dari Kota Keraton menjadi Kota. Denpasar: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali.

Covarrubias, M. (1972). Islands of Bali. Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Cresswell, J. (2007). Research Design: Qualitative and Quantitative and Mixed Methods Approach. London: SAGE Publications.

Dwijendra, N, K, A. (2003). Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali. Jurnal Pemukiman Natah. 1(1), 8-24.

Ngoerah, I, G, G. (1981). Laporan Penelitian Inventarisasi Pola-Pola Dasar: Arsitektur Tradisionil Bali. Perpustakaan Universitas Andalas.

Prayitno, B. (2017). Co-Habitation Space: A Model For Urban Informal Settlement Consolidation for The Heritage City of Yogyakarta. Journal of Asian Architecture and Building Engineering, 16(3). 527-534.

Partridge, E. (1977). Origins: an Etymological Dictionary of Modern English. London, Routledge

Waterson, R. (1990). The Living House: An Anthropology of Architecture in South-East Asia. Oxford University Press.

Published
2019-03-21
How to Cite
Prabawa, M. S., & Pratiwi, N. M. W. (2019). Fenomena Ruang Saling Berbagi Bale Banjar Titih Sebagai Model Ruang Bermukim Perkotaan di Denpasar. Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa, 6(2), 75-81. https://doi.org/10.22225/undagi.6.2.1026.75-81
Abstract viewed = 209 times
PDF (Bahasa Indonesia) downloaded = 245 times