THE APPLICABILITY OF ARTICLE 91 SUBSECTION (1) OF LAW NUMBER 28 OF 2009 ON REGIONAL TAXES AND LEVIES CONCERNING THE AUTHENTICITY OF A DEED

  • I Gede Edy Korneawan Magister of Notary, Universitas Warmadewa
  • Ni Luh Made Mahendrawati Magister of Notary, Universitas Warmadewa
  • I Nyoman Alit Puspadma Magister of Notary, Universitas Warmadewa
Keywords: Authentic deed, duties on acquisition of rights on land and buildings (BPHTB), land deed official, notary deed

Abstract

The Law Number 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies creates a conflict: Article 90 says taxes are due when the deed is signed, while Article 91 requires proof of tax payment before the deed can be signed by the Land Deed Official/Notary. This study aims to examine the requirements for drawing up an Authentic Deed in order to have a legal force as solid proof and to examine the legal protection for the community upon the enactment of Article 91 subsection (1) of Law Number 28 of 2009. This study is normative legal research using a statutory and conceptual approach. The legal materials are collected using the document study technique and analyzed using a descriptive method, legal interpretation, and argumentum per analogiam (Legal Analogy). The results of this study indicated that an Authentic Deed is a solid proof comprising head, body and closing of the deed. That deed shall provide certainty on the date of drawing up and signing the deed in order to provide legal certainty. The payment of the Duties on Acquisition of Rights on Land and/or Buildings is not a prerequisite for drawing up an Authentic Deed. The payment may be made after the Notary Deed is ratified and before it is registered to the Land Office by the Land Deed Official. If the Authentic Deed has not been signed or ratified by the Land Deed Official, the transfer of land rights would not happen as there is no written evidence which can protect the buyer.

References

Anoraga, A. H. (2018). Tinjauan Yuridis Pasal 90 Ayat (1) Huruf A Dan Pasal 91 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (PDRD) Bagian Tujuh Belas Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Universitas Brawijaya.

Aswani, M. N. (2013). Hukum Pembuktian Perkara di Indonesia. Yogyakarta: UII Press.

Black, H. C. (1990). Black’s Law Dictionary. St. Paul Minn: West Publishing Co.

Hastutik, E. (2006). Perjanjian Ikatan Jual Beli Hak Atas Tanah Sebagai Suatu Transaksi Ditinjau Dari Hukum Pajak. Universitas Airlangga.

Hayati, N. (2016). Peralihan Hak Dalam Jual Beli Hak Atas Tanah (Suatu Tinjauan terhadap Perjanjian Jual Beli dalam Konsep Hukum Barat dan Hukum Adat dalam Kerangka Hukum Tanah Nasional). Lex Jurnalica, 13(3), 278–289. doi:https://doi.org/10.47007/lj.v13i3.1779

Kansil. (1996). Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Mahendrawati, N. L. M., Sudarsono, Winarno, B., & Fadli, M. (2017). The Principle of Competition Balance In Indonesia’s Nationalism Framework. Journal of Law, Policy and Globalization, 62, 121–130. Retrieved from https://www.iiste.org/Journals/index.php/JLPG/article/view/38186

Pamelani, A. C., & Widagdo, R. D. S. H. (2023). Drawing Up a Notary Deed on Building Use Rights Land on Freehold Land for Hotel Development. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 10(5), 245–249. doi:10.18415/ijmmu.v10i5.4638

Rifson. (2010). Tinjauan Yuridis Atas Akta Notaris Yang Waktu Penandatanganannya Tidak Dilakukan Secara Bersamaan Oleh Penghadap. Universitas Diponegoro.

Sasauw, C. (2015). Tinjauan Yuridis tentang Kekuatan Mengikat Suatu Akta Notaris. Lex Privatum, 3(1), 98–109. Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/7030

Siahaan, M. P. (2003). Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Subekti. (1990). Hukum Perjanjian (Cet. Ke XI). Jakarta: PT. Intermasa.

Subekti, R. (2005). Hukum Perjanjian (21st Ed.). Jakarta: PT Intermasa.

Sutedi, A. (2006). Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika.

Umbas, S. A. (2017). Kedudukan Akta di Bawah Tangan yang Telah Dilegalisasi Notaris Dalam Pembuktian di Pengadilan. Lex Crimen, 6(1), 79–87. Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/15089

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5049.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5491.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Published
2023-11-08
Section
Articles
Abstract viewed = 55 times
PDF downloaded = 52 times