Pengembangan Kawasan Taman Magenda Payangan Bali Sebagai Wisata Spiritual

  • I Wayan Suky Luxiana Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali
  • I Wayan Runa Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali
  • I Wayan Parwata Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali
  • Agus Kurniawan Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali

Abstract

Goa Pesiraman Bhatari lingsir, Pura Dalem Agung Payangan (Taman Magenda) merupakan misteri Keangkeran Pura Dalem Agung Payangan dikarenakan Pura Dalem ini sebagai tempat melinggihnya sekaligus Parahyangan ida Bhatari Dalem lingsir. Taman Magenda terletak di Payangan yang merupakan salah satu Kecamatan di kabupaten Gianyar yang berada diketinggian 600 meter diatas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan wilayah bukit Kintamani Bangli sehingga daerah ini terkenal sangat subur terutama dalam pertanian maupun perkebunan sayur-mayur,kopi,coklat dan lain-lain. Pada jaman dahulu nama Payangan adalah Parahyangan yang berarti Kahyangan dikarenakan jauh sebelum kedatangan Rsi Markandeya ke Nusa Dawa (Bali) tempat ini adalah pancer Hyang suci berstana dengan kata lain Bumi Parahyangan adalah sebagai stana tempat melinggihnya para Hyang Bhatara-Bhatari di Bali sehingga pada jaman dahulu bernama Parahyangan yang secara singkat pada saat ini pengucapannya menjadi Payangan. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi warisan budaya pura untuk dikelola menjadi kawasan yang tertata dan nyaman dikunjungi oleh umat Hindu, Taman Magenda sangat berpotensi sebagai wisata spiritual karena alam yang masih asli namun belum ada infrastruktur dan fasilitas penunjang yang memadai ke objek tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Tujuan teknik pengambilan sampel menggunakan informan dan menggunakan informan kunci. Hasil penelitian adalah dimana dalam pengolahan dibagi menjadi tiga zona  yaitu zona utama (penataan areal utama pura, perkerasan pada jalan setapak, pembuatan toilet dan ruang ganti bagi pengunjung. Zona kedua adalah berupa fasilitas penunjang berupa wantilan sebagai tempat pertunjukan dan pesandekan. Zona ketiga yang dikatagorikan ke dalam area service penataan tempat parkir, loket, lesehan dan warung. Prinsip atau konsep yang digunakan dalam pengembangan adalah konsep ekowisata yaitu konservasi, partisipatif, pendidikan, ekonomi dan kepuasan pengunjung.

References

Budiasih, M. (2017). Pariwisata Spiritual di Bali.

Gusti, I., Riza, A., Kusuma, D., & Suryasih, I. A. (2016). Aktivitas Wisata Spiritual Dan Motivasi Berwisata Di Daya Tarik Wisata Tanah Lot Kabupaten Tabanan. 4(2). www.antarabali.com

Kadek, I., Rudita, P., Sitorus, S. R. P., & Hadi, S. (2012). The Tourism Potential and Its Integration in Area Development of Payangan Agropolitan, Gianyar Regency, Bali Province (Vol. 4).

Luxiana Suky I Wayan, P. I. W. K. A. (2022). Identifikasi Pengembangan Ekowisata Di Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, 6(2), 60–72.

Mardika, I. M., Kurniawan, A., & Styawati, N. K. A. (2021). Pengembangan Wisata Spiritual di Desa Pekraman Gelgel Klungkung. Postgraduated Community Service Journal, 2(2), 58–62. https://doi.org/10.22225/pcsj.2.2.2021.58-62

Piagam Pariwisata Berkelanjutan. (1995).

Razak Abdur, S. R. (2013). Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan Seribu. Jurnal Teknik Pomits.

Runa I Wayan. (2021). Kontestasi Penguatan Desa dan Ekowisata Bali (1st ed., Vol. 1).

Published
2022-11-25
Section
Articles
Abstract viewed = 185 times
PDF (Bahasa Indonesia) downloaded = 239 times