Pemerdayaan Masyarakat Adat dan Penyuratan Awig-Awig Desa Pakraman Siangan-Gianyar-Bali Indonesia
Abstract
Tujuan penyuratan awig-awig di Desa adat Siangan adalah sebagai implementasi dari kehendak Peraruran Daerah Nomor 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman, setiap Desa adat/Pakraman menyuraktan awig-awig. Selain itu, yang sangat urgen adalah kehendak masyarakat adat Siangan untuk merevisi awig-awig yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Hal yang sangat penting dilaksanakan penyuratan awig-awig adalah untuk menghindari konflik tapal batas desa, atas dasar yang saling seluk dengan tetangga desa adat yang bersebelahan, dan juga untuk menghindari saling klaim wilayah yang berpotensi ekonomis. Dalam hukum adat secara sosiologis, bahwa hukum adat sifatnya tidak tertulis. Namun mulai diberlakunya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor: 06 tahun 1986 tentang kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat dalam Propinsi Tingkat I Bali, desa Adat, diperintahkan untuk penyuratan awig-awig di seluruh desa adat di Bali. Dalam penyuratan awig-awig sosialisasi sangat penting untuk menjaring masukan dari tokoh-tokoh masyarakat, prajuru adat, kelompok yang berkepentingan berkaitan dengan isi awig-awig tidak boleh bertentangan dengan asas kepatutan dan peraturan perundang-undangan serta ideologi Pancasila.References
Astara, I Wayan Wesna, 2010, Pertarungan Politik Hukum Negara & Politik Kebudayaan Otonomi Desa Adat di Bali, Udayana University Press, Denpasar.
Dharmayuda I Made Suasthawa, 2001, Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Bali, Upada Sastra, Denpasar.
I Made Suwitra, I Wayan Wesna Astara, dkk, Memaknai Isi Rumusan Norma Dalam Awig-awig di Desa Adat Pinggan Kintamani Bangli, “Dalam Wicaksana Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017, vol.1, p. 72-79.
Sudantra, I Ketut, Windia,P I Wayan, 2011, Penuntun Penyuratan Awig-awig, Udayana University Press, Denpasar, p. 7.
I Wayan Wesna Astara, 2017, Human Right and Conflict of Custum in Bali (The Case of “Caste Status†Change Caused Kesepakang in Bungaya Tradisional Village of Karangasem), Dalam Journal of Law and Globalizationâ€, Passim. Url: www.iiste.org
I Wayan Wesna Astara, 2017, Public Policy and Role of Traditional Security Officer (Pecalang) of Religius Tolerance in the Traditional Village Kuta-Bali, dalam Journal of Law and Globalizationâ€, Passim. Url: www.iiste.org
Astara, I Wayan Wesna, 2018, Cultural Activities, Legal and Public of Bali on Desa Pakraman and the Response of Prajuru the Traditional Village Management Kuta, dalam Jurnal Peuradeun, vol. 6. No.3, September 2018, Passim. Url: http//journal.scadindependent.org.php/jipeuradeun/article/view/186
I Wayan Wesna Astara, dkk, Custom, Hindu Religion, Local Law, and Social Change in bali in the Context of Bali, “Dalam Proceeding Book-International Seminar Bali Hinduisme, Traditional and Interreligius Studies, Unhi Press,Denpasar, p. 385-395.
I Wayan Wesna Astara, dkk, 2018, Praktik Perjanjian Kredit Pada Desa Adat Pinggan, Dalam Community Sevices Journal (CSJ), vol.1 Hlm. 1-50.
I ketut Sudantra (ed), 2010, Wicara Lan Pamidanda, Pemerdayaan Desa Pakraman dalam Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan, Udayana University Press, p. 53-54.